UNGARAN | GISTARA.com – Lantunan ayat suci alquran menggema di salah satu sudut ruangan sebuah pondok pesantren (ponpes). Adalah Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat, yang berada di kawasan Desa Gedong, Banyubiru, Kabupaten Semarang. Ponpes ini sangat unik sebab seluruh santrinya tak lagi berusia muda alias lanjut usia (lansia).
Salah satu dari santri itu adalah Sri Ariati, seorang ibu asal Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur yang kini memasuki usia 80 tahun. Ibu Ari (sapaan akrabnya) bercerita ia mulai “nyantri” di Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat sejak Desember 2021.
“Pertama kali dapat informasi pondok ini dari sebuah radio di Surabaya. Sebelumnya juga sering ikut majelis taklim, tapi belum ketemu yang sreg,” ujarnya.
Baca juga : Suluk Mantingan 6 Bertajuk Kartini Adalah Santri
Saat ditanya alasan kenapa memilih untuk mondok di Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat, ibu tiga orang anak itu mengaku mendapatkan apa yang selama ini ia cari, yakni ketenangan hati. Ia yang masih berkerabat dengan keluarga besar pengurus Ponpes Tremas Pacitan ini juga pernah menimba ilmu di sana.
“Para ustaznya keponakan saya semua, belum lagi pengurusnya. Jadinya malah seperti di rumah sendiri, banyak ngobrolnya kurang belajarnya,” ungkapnya sambil sesekali tertawa kecil.
Secara finansial, nenek delapan cucu ini mengaku berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia sendiri merupakan pensiunan dari tenaga farmasi di Rumah Sakit Angkatan Laut Surabaya. Sehingga ketika memutuskan untuk mondok, sempat menjadi pertanyaan internal keluarganya.
“Awalnya tentu nggak diizinkan sama anak-anak. Suruh di rumah, kebutuhan juga dipenuhi. Tapi saya malah bingung di rumah nggak ngapa-ngapain. Di sini malah ada kesibukan dari subuh sampai malam terutama ngaji,” katanya.
Baca juga : Masjid Empurancak yang Mirip Menara Kudus Ternyata Didirikan Orang Kudus
Di akhir perbincangan ia berharap tetap bisa produktif dan bermanfaat meski telah memasuki usia senja. Terlebih dalam rangka mengumpulkan bekal akhirat, ia ingin bisa istiqomah dalam niat yang lurus.
“Saya sudah tidak ingin mencari apa-apa lagi, istilahnya sudah selesai dengan urusan dunia. Saya ingin fokus mencari sangu untuk akhirat besok dan meraih cita-cita husnul khatimah,” harapnya.
Sementara pengasuh Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat Ahmad Winarno menuturkan, yang membedakan antara ponpes ini dengan lembaga kepengurusan lansia yang lain adalah di bidang pelayanannya. Di ponpes ini pelayanan fisik, rohani dan sosial diterapkan secara komprehensif.
“Tentu kami berbeda dengan panti jompo. Kami berdayakan tiga ‘jimat’ pelayanan hidup melalui olah rogo, jiwo dan roso secara menyeluruh,” jelasnya.
Ketiga ‘jimat’ itu, lanjut Winarno, dimaksudkan untuk pembinaan fisik, tetap berkarya di usia yang tak lagi muda, dan terakhir mempersiapkan mereka menuju akhir hayat yang husnul khotimah. Menurutnya, selama ini lansia identik dengan belas kasihan. Akan tetapi di ponpes binaannya ini, mereka benar-benar disiapkan agar bisa mandiri dan produktif. Sebab bagaimanapun juga mereka yang datang juga tidak ‘kosongan’, artinya sudah punya keterampilan.
“Intinya, di sini bukan hanya membentuk pribadi muslim tapi juga akan mencetak duta-duta bahagia untuk kemudian ditularkan kepada yang lain,” tandasnya. (Arief/Gistara)