M. Dalhar
Mendekati masa pendaftaran pasangan calon dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jepara, suasana perpolitikan mulai memanas. Opini satu pasangan calon yang sempat berkembang menjadi terbantahkan.
Memasuki pekan ketiga bulan Agustus ini, satu pasangan calon mulai diumumkan. Meski belum resmi mendaftar, tetapi menuver ini memecah kebekuan sekaligus menjawab “kegelisahan” sebagian kalangan tentang masa depan pemimpin Jepara lima tahun mendatang.
Rekomendasi dari dua partai besar, yaitu PKB dan Nasdem sudah dikeluarkan. Surat ditandatangani oleh DPP dua partai tersebut resmi mengusung Gus Nung dan Iqbal sebagai pasangan calon Bupati Jepara.
Sebelumnya, sempat beredar di media sosial maupun perbincangan di masyarakat terkait wacana Jepara dengan muncul calon tunggal Wiwit dan Hajar. Artinya, pasangan calon yang ditetapkan nantinya akan berhadapan dengan kotak kosong.
BACA JUGA: Pentingnya Menjadi Pemilih yang Cerdas dalam Membentuk Masa Depan Bangsa
Selama belum mendaftar dan ditetapkan oleh KPU, tarik ulur dukungan dapat berubah. Perubahan tidak sampai menunggu hari, tetapi bisa lebih cepat dari itu. Situasi semacam itu yang sering dijumpai. Sebenarnya tidak lumrah karena setiap partai memiliki visi masing-masing. Akan tetapi, karena sudah sering terjadi menjadi hal yang lumrah.
Diketahui bahwa untuk mencalonkan diri dari jalur partai, karena di Jepara tidak ada calon independen, dibutuhkan paling sedikit 20 pesen dari total kursi. Dari 50 kursi yang ada, pasangan calon minimal didukung 10 kursi.
Koalisi dua partai tersebut, PKB dan Nasdem mengantongi 14 kursi di DPRD Jepara. Mengacu hasil Pemilu 2024 lalu, keduanya dapat dikatakan sebagai partai tengah. Artinya masih ada potensi besar dari partai lain untuk mengajukan pasangan calon.
Bisa jadi tanpa koalisi seperti PPP yang memeproleh 10 kursi. Atau koalisi tipis-tipis seperti PDI-P dan Gerindra. Keduanya masing-masing memiliki 8 kursi. Butuh tambahan 2 kursi jika dua partai tersebut ingin mengajukan pasangan calon.
BACA JUGA: Manusia dan Waktu
Penjajakan antar partai sudah dilakukan berbulan-bulan. Sudah saatnya, partai-partai menentukan koalisi dan pasangan calon. Pendaftaran beberapa hari lagi akan dibuka oleh KPU Jepara.
Bebas Memilih
Dalam demokrasi, perbedaan adalah hal yang biasa dan itu sebuah anugerah. Dalam kondisi tertentu, pilihan tidak bisa disamakan. Apalagi dalam memilih pemimpin.
Sejak Pilkada secara langsung tahun 2007 dilaksanakan, Jepara menjadi wilayah yang dinamis. Perubahan arah koalisi partai sampai rencana munculnya calon independen pernah muncul, utamanya pada Pilkada 2017. Hal ini menampakkan bahwa masyarakat Jepara selalu memiliki cara agar tidak ada calon tunggal dalam berdemokrasi.
Ini adalah pilihan atau alternatif yang menjadi keniscayaan dari demokrasi. Kebekuan telah mencair. Para pimpinan partai dan para kandidat yang lain harus segera bangun.Jangan lagi bermimpi Jepara calon tunggal. Silakan menentukan visi misi dan program-program yang solutif bagi masyarakat. Dan, biarkan nanti mereka menentukan pilihannya.
M. Dalhar, Pegiat Sosial dan Peminat Sejarah di Jepara